Saturday, September 25, 2010

ADI KA TALINO BASENGAT KA JUBATA BACARAMIN KA SARUGA, AUUU'

                                                 PAKAIAN ADAT DAYAK KAB. BENGKAYANG - KALBAR  
           Pelestarian Adat dan budaya di Kalimantan Barat khususnya. Menurut penilaian saya sangat kurang diperhatikan, terutama dalam hal etnisitas sendiri dimana mengenai simbol-simbol sudah semakin dilupakan baik disengaja maupun tidak disengaja. Secara universal hal seperti ini kalau disadari termasuk sudah sangat merugikan etnis itu sendiri. Kalau ingin dimerahkan hitamkan kembali maka paling tidak disetiap kecamatan tentu harus diupayakan penyediaan  persediaan perlengkapan yang selalu berhubungan dengan kultur pribumi lokal itu sendiri.                                                                                                                                      
            Etnisitas yang baik dapat merubah main set positif masyarakat itu sendiri untuk menuju kepada akhlak maupun moralitas yang tinggi agar tidak mudah terpengaruh dari budaya luar, mengingat perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih.                                                                                              
            Adat dan budaya tidak dapat dipisahkan, adat dan budaya merupakan filter yang dapat memproteksi hal-hal negatif yang tidak sesuai dengan pandangan adat dan budaya setempat. Pelestarian adat dan budaya harus terus diperhatikan baik kualitas maupun kuantitasnya. Sebuah negara yang pluralistik akan  kuat jika adat dan budaya rakyatnya diperhatikan dan dibantu oleh negaranya. Disintegrasi bangsa terjadi karena kepecayaan rakyat terhadap sistem pemerintahannya kurang bersahabat dengan rakyatnya, akhirnya masyarakat itu membentuk claster-claster yang eksklusif, biasanya akan terjadi gap-gap oleh karena munculnya kompetisi terselubung apalagi jika ada sekelompok masyarakat baru merasa classnya lebih baik daripada masyarakat asli/pribumu.  Arogansi muncul dan akhirnya lupa dengan istilah pepatah "dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung", dan akhirnya muncul lagi istilah "seperti api dalam sekam".
             Orang Dayak tidak bodoh dan bukan malas,  sejak jaman nenek moyangnya mereka sudah hidup berbudaya gotong-royong dan pekerja keras, dan selalu hidup bermukim di daerah-daerah perbukitan. Inkulturasi negatif (menjajah dengan membodohi) mengakibatkan perlawanan. Dalam hal politik, pendidikan dan pemerintahan tidak diberikan kesempatan yang sama (Ada kecurangan) atau dimarginalkan bahasa saat ini dikenal dengan KKN sampai saat ini, karena sudah begitu lama untuk mendapat keadilan mau tidak mau diadakanlah perlawanan kekerasan melalui wadah perpolitikan, sehingga kursi Bupati disetiap daerah mayoritas dapat diduduki dan kursi Gubernurpun dapat didududki. Jadi benarkah oran Dayak itu tidak mampu? nanti dulu?!
             Sosial masyarakat Dayak bersifat labil namun kulturnya cepat bersahabat dan menerima terhadap saudaranya dari etnis lain (tidak menaruh dendam maupun iri).  Ada kelebihan dan ada juga kelemahannya dengan titk kelemahan (labilitas) yang telah ditemukan ini kiranya dengan berjalannya waktu kedepan dapat menjadi etnis yang semakin beradat tinggi dan berbudaya luhur  maka citra daerah dan negara akan dapat dijunjung tinggi pula.  (Kalau ada pesan yang salah atau keliru mohon dimaafkan).
MARI KITA BERGANDENGAN TANGAN  DAN  SEHATI  MEMBANGUN NEGERI TERCINTA INDONESIA
         



                                         

No comments: